Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA
Rata-rata orang tua mengeluhkan betapa sulitnya mendidik anak di zaman ini. Begitu banyak tantangan, rintangan dan godaan yang menghadang. Kecanduan gadget, pertemanan di dunia nyata dan maya yang sulit dikontrol, tontonan yang merusak dan masih banyak faktor lain yang membuat sebagian orang tua pusing tujuh keliling. Bahkan tidak sedikit yang frustasi, menyerah dan putus asa. Lalu membiarkan putra-putrinya tumbuh dalam kondisi perilaku yang memprihatinkan.
Padahal karakter dasar mukmin itu pantang menyerah. Sebab ia yakin bahwa ujian yang ditimpakan oleh Allah tidak akan pernah melebihi kemampuannya. Ia juga yakin bahwa ia memiliki Allah yang selalu berkenan untuk menolongnya.
Seorang ulama besar Saudi; Syaikh Abdullah al-Ghudayyan rahimahullah, pernah ditanya oleh putrinya. Bagaimana cara mendidik anak di kondisi berat seperti zaman ini? Beliau menjawab, “Dengan keteladanan dan doa”. Ini adalah jawaban yang memuat inti pola pendidikan anak yang ideal. Sekedar banyak teori pendidikan, tanpa adanya keteladanan dan doa, bakalan mandul.
Pertama: Keteladanan
Bukan hanya anak kecil, manusia secara umum punya sifat dasar suka meniru. Maka pola pendidikan ideal adalah dengan memberikan keteladanan yang baik. Sebab otomatis hal itu akan ditiru oleh anak. Orang tualah yang paling bertanggungjawab untuk memberikan keteladanan tersebut.
Orang tua harus mencontohkan:
– Ketawakalan yang tinggi kepada Allah dalam menghadapi setiap masalah hidup.
– Selalu menunaikan lima shalat fardhu tepat pada waktunya.
– Menjaga ucapan lisannya, agar tidak keluar kata-kata yang tak pantas.
– Menundukkan nafsunya agar terlepas dari kecanduan gadget.
– Tidak membuang waktu untuk menonton acara televisi yang tak ada manfaatnya.
– Senantiasa rutin membaca al-Qur’an dan dzikir pagi-petang.
Jika itu dan kebaikan lainnya diterapkan secara konsisten oleh orang tua, niscaya dengan sendirinya, anak akan meniru hal-hal positif tadi insyaAllah.
Kedua: Doa
Sangat banyak dan beragamnya rintangan di jalan pendidikan anak, akan terasa ringan, bila kita ditolong oleh Allah ta’ala. Agar bisa mendapatkan pertolongan tersebut, kita harus rutin berdoa kepada-Nya. Kita terlampau sering mengandalkan upaya sendiri. Merasa bisa dan telah melakukan usaha ini dan itu. Namun kita lupa bahwa yang memiliki kekuasaan mutlak untuk mengendalikan segala sesuatu di alam semesta ini adalah Allah.
Hanya Allah yang kuasa untuk melembutkan hati anak kita dan hati seluruh manusia. Hanya Dia yang mampu untuk memberikan hidayah. Hanya Dia yang bisa mengubah perilaku anak kita. Hanya Dia yang kuasa untuk membebaskan anak kita dari kecanduan gadget dan kebiasaan buruk lainnya. Maka bersimpuhlah, menghibalah, merintihlah, berdoalah secara terus menerus kepada Allah; agar menjadikan putra-putri kita salih dan salihah.
Konsisten untuk memberikan keteladanan dan senantiasa rutin berdoa, memang membutuhkan perjuangan. Terkadang kita dilanda rasa letih, kebosanan dan kejenuhan. Namun yakinlah bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha. Perjuangan berat dan pengorbanan waktu, tenaga, harta dan pikiran kita dalam mendidik anak, niscaya akan terbayar lunas. Bukan hanya di dunia, namun juga di akhirat kelak. Optimislah!
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, Senin, 4 Jumadal Ula 1444 / 28 Nopember 2022